General Motor Bikin Startup Layanan Mobilitas Berbasis EV untuk Kembali Masuki Pasar Eropa

Setelah menjual Opel dan Vauxhall pada tahun 2017, pembuat mobil asal Amerika Serikat, General Motors (GM), tidak meninggalkan benua itu sepenuhnya. Perusahaan masih terus menjual Corvette dan Cadillac di sana. Baru baru ini, CEO GM Mary Barra mengungkap rencana kembali ke benua biru dengan model bisnis lain. "Kami melihat peluang pertumbuhan yang kami miliki sekarang, karena kami dapat memasuki kembali Eropa sebagai pemain all EV. Saya aku menantikan itu," tutur Barra dikutip dari Autoblog.
Misi terbarunya di Eropa adalah menciptakan "startup mobilitas non tradisional" yang berkelanjutan dan menguntungkan untuk EV dan kendaraan otonom, perangkat lunak, layanan konektivitas, logistik dan pertahanan. Wilayah ini disebut pasar kendaraan terbesar ketiga di dunia dan pasar EV terbesar kedua setelah China. Tahun lalu, seorang analis EV mengatakan 20 persen dari mobil baru yang dijual di Eropa dan Inggris tahun lalu adalah baterai listrik, dibandingkan dengan EV yang mengambil sekitar 3 persen dari pasar AS.
GM dapat menggunakan BrightDrop Zevo 600 dan van listrik Zevo 410, serta palet listrik BrightDrop EP1 untuk melayani sektor komersial. Dengan kendaraan komersial mungkin paling masuk akal sebagai permulaan, sebab operator armada dan perusahaan pengiriman yang paling menunjukkan selera terhadap kendaraan listrik alias EV. Ada juga kendaraan otonom Cruise, yang bisa mendapatkan peluang besar untuk membuktikan dirinya di pusat kota Eropa.
Analis AutoTrends Consulting Joe Phillippi, menyampaikan kembalinya GM kali ini tidak akan murah, sebab mereka harus bersiap kehilangan banyak dana untuk bersaing dengan para kompetitornya. "Ini akan menjadi pertempuran sengit untuk bersaing dengan pembuat kendaraan lokal seperti VW dan Ford. Jadi GM lebih baik bersiaplah untuk kehilangan banyak uang dalam perjalanan menuju profitabilitas," sebut Phillippi.